Kue Delapan Jam: Warisan Manis Khas Palembang yang Kaya Filosofi (Sumber: pinterest.com | Foto: Shopee)

Gaya Hidup

Kue Delapan Jam: Warisan Manis Khas Palembang yang Kaya Filosofi

Sabtu 20 Sep 2025, 14:11 WIB

Sumsel.co - Indonesia dikenal dengan beragam kuliner tradisional yang sarat makna dan budaya. Salah satunya adalah Kue Delapan Jam, kue tradisional khas Palembang yang memiliki nilai sejarah tinggi. Hidangan ini awalnya hanya disajikan pada acara-acara besar keluarga bangsawan, seperti pernikahan, syukuran, hingga acara adat Kesultanan Palembang.

Seiring waktu, Kue Delapan Jam mulai dikenal luas dan menjadi ikon kuliner Palembang yang masih bertahan hingga kini. Tak hanya rasanya yang legit dan kaya rempah, kue ini juga menyimpan filosofi mendalam tentang kesabaran dan ketekunan.

Kenapa Dinamakan Kue Delapan Jam?

Pertanyaan yang sering muncul adalah, kenapa dinamakan Kue Delapan Jam? Jawabannya terletak pada proses pembuatannya yang memakan waktu sangat lama, yaitu delapan jam penuh.

Proses memasak kue ini dilakukan dengan cara dikukus selama delapan jam tanpa henti. Lamanya waktu pengolahan ini dipercaya mampu menghasilkan tekstur kue yang lembut, padat, serta aroma harum yang khas. Inilah alasan kuat mengapa kue ini dinamakan Kue Delapan Jam, sekaligus menjadi simbol kesabaran dalam tradisi masyarakat Palembang.

Bahan dan Proses Pembuatan Kue Delapan Jam

Meski terkesan sederhana, Kue Delapan Jam membutuhkan keterampilan dan ketelatenan. Bahan dasar yang digunakan meliputi:

Adonan yang sudah tercampur rata kemudian dituangkan ke dalam loyang khusus, lalu dikukus selama delapan jam tanpa membuka tutup kukusan. Proses panjang ini membuat rasa kue semakin kaya, legit, dan tahan lama tanpa bahan pengawet.

Keunikan Kue Delapan Jam

Ada beberapa keunikan Kue Delapan Jam yang membuatnya begitu istimewa:

  1. Proses Memasak yang Panjang
    Dibutuhkan waktu delapan jam penuh untuk menghasilkan kue sempurna dengan tekstur lembut dan rasa manis yang khas.
  2. Filosofi Kesabaran
    Kue ini bukan hanya makanan, tapi juga pelajaran hidup tentang kesabaran, ketekunan, dan ketelitian.
  3. Simbol Kehormatan
    Pada masa lalu, hanya keluarga bangsawan yang mampu menyajikan kue ini. Kini, kue ini menjadi simbol kebanggaan masyarakat Palembang.
  4. Rasa yang Autentik dan Tahan Lama
    Rasa legitnya mampu bertahan lama meskipun tanpa pengawet, sehingga cocok dijadikan buah tangan khas Palembang.

Kue Delapan Jam dalam Tradisi Palembang

Hingga saat ini, Kue Delapan Jam masih sering disajikan dalam acara penting masyarakat Palembang. Baik dalam pesta pernikahan, acara adat, hingga sebagai hantaran untuk keluarga. Kue ini menjadi simbol penghormatan bagi tamu undangan, karena hanya disajikan pada momen-momen berharga.

Keberadaan Kue Delapan Jam juga menunjukkan betapa masyarakat Palembang menjunjung tinggi nilai budaya sekaligus menjaga resep leluhur agar tidak punah.

Menikmati Kue Delapan Jam Sebagai Oleh-Oleh

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Palembang, Kue Delapan Jam sering dijadikan buah tangan selain pempek. Banyak toko kue tradisional yang menjualnya dalam berbagai ukuran, mulai dari potongan kecil hingga loyang besar.

Selain cita rasa autentiknya, Kue Delapan Jam juga menjadi bentuk penghargaan terhadap budaya Palembang yang masih lestari. Dengan membelinya, kita sekaligus ikut melestarikan kuliner tradisional agar tetap dikenal lintas generasi.

Kesimpulan

Kue Delapan Jam bukan hanya sekadar kue manis khas Palembang, tetapi juga warisan budaya yang sarat makna. Mulai dari asal usulnya sebagai hidangan bangsawan, filosofi kesabaran dalam proses memasaknya, hingga keunikan rasanya yang autentik—semuanya membuat kue ini begitu berharga.

Jika Anda berkesempatan mengunjungi Palembang, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi dan membawa pulang Kue Delapan Jam sebagai oleh-oleh. Rasakan sendiri legitnya cita rasa tradisional sekaligus sejarah panjang yang terkandung di dalamnya.

Yuk, dukung kuliner lokal dengan mengenal, mencicipi, dan melestarikan Kue Delapan Jam sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia!

Tags:
Kue Delapan JamKue tradisional PalembangOleh-oleh khas Palembang

puji

Reporter

puji

Editor