Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) (Sumber: Wikipedia.org)

Gaya Hidup

Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi): Pejuang Multitalenta yang Mengobarkan Semangat Kebangsaan Indonesia

Senin 20 Okt 2025, 18:36 WIB

Sumsel.co - Nama Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) menjadi salah satu pilar penting dalam sejarah kebangkitan nasional Indonesia. Ia bukan hanya seorang politisi dan wartawan, tetapi juga pemikir visioner yang berani menentang kolonialisme Belanda dengan ide-ide kemerdekaan yang maju di masanya.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang profil tokoh Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), perjalanan hidupnya, hingga kehidupan pribadi Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) yang sarat nilai perjuangan dan semangat kebangsaan.

Profil Tokoh Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi)

Ernest François Eugène Douwes Dekker, yang kemudian dikenal sebagai Danudirja Setiabudi, lahir pada 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Ia merupakan keturunan campuran Belanda dan Jawa. Ayahnya seorang Belanda, sementara ibunya berasal dari keluarga Indo-Jawa.

Sebagai seorang yang lahir di masa penjajahan, Douwes Dekker memiliki pandangan tajam terhadap ketidakadilan sosial yang terjadi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Ia dikenal sebagai salah satu pendiri Indische Partij bersama Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, sebuah organisasi politik pertama yang secara terbuka menuntut kemerdekaan Indonesia.

Dengan latar belakang pendidikan Barat dan pengalaman hidup di tengah masyarakat pribumi, Douwes Dekker memiliki pemikiran yang kritis dan progresif. Ia percaya bahwa semua penduduk Hindia, baik Indo-Eropa maupun pribumi, harus bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan bersama.

Perjalanan Karier dan Perjuangan Politik

Douwes Dekker memulai kariernya sebagai wartawan. Ia menulis banyak artikel yang mengkritik keras kebijakan kolonial Belanda. Melalui tulisannya, ia membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya persatuan dan hak untuk merdeka.

Tahun 1912 menjadi tonggak sejarah penting ketika ia mendirikan Indische Partij. Organisasi ini bertujuan mempersatukan seluruh rakyat tanpa memandang ras, agama, atau keturunan, demi mencapai kemerdekaan politik dan sosial.

Namun, karena dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial, Indische Partij dibubarkan, dan ketiga pendirinya—termasuk Douwes Dekker—dibuang ke Belanda pada tahun 1913.

Selama di pengasingan, Douwes Dekker terus berjuang melalui tulisan dan pemikiran. Ia kemudian kembali ke Indonesia setelah diizinkan pulang dan tetap aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan dan politik, terutama di bidang pergerakan nasional.

Kehidupan Pribadi Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi)

Dalam kehidupan pribadi Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, idealis, dan penuh dedikasi terhadap bangsa. Setelah kembali ke tanah air, ia memilih menggunakan nama Indonesia, Danudirja Setiabudi, sebagai simbol identitas nasionalnya.

Douwes Dekker menikah dengan seorang perempuan Indo bernama Maria Catherina van der Lugt, dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai anak-anak. Meski hidupnya tidak bergelimang harta, Setiabudi tetap teguh memegang prinsip perjuangan untuk kemerdekaan dan keadilan sosial.

Ia juga sangat peduli terhadap pendidikan sebagai sarana pembebasan bangsa. Dalam banyak kesempatan, ia menekankan pentingnya generasi muda untuk berpikir kritis dan mencintai tanah air.

Warisan Pemikiran dan Pengaruhnya bagi Indonesia

Pemikiran Douwes Dekker berpengaruh besar terhadap perkembangan nasionalisme Indonesia. Ia memperkenalkan gagasan bahwa semua warga negara Hindia berhak menentukan nasibnya sendiri, jauh sebelum kemerdekaan 1945.

Konsep persatuan lintas etnis dan agama yang ia tanamkan menjadi cikal bakal semangat Bhinneka Tunggal Ika yang kini menjadi semboyan nasional.

Selain itu, perjuangannya di bidang jurnalisme juga menginspirasi banyak wartawan dan aktivis pergerakan untuk menggunakan pena sebagai alat perjuangan.

Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah Indonesia mengangkat Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1961. Namanya diabadikan menjadi nama jalan dan sekolah di berbagai daerah, serta dikenang sebagai simbol keberanian dan intelektualitas dalam perjuangan kemerdekaan.

Inspirasi dari Douwes Dekker bagi Generasi Muda

Douwes Dekker mengajarkan bahwa perjuangan tidak selalu harus di medan perang. Dengan pemikiran, tulisan, dan pendidikan, kita dapat membangun bangsa menuju kemandirian dan kemajuan.

Generasi muda Indonesia hari ini dapat meneladani semangatnya dengan cara:

Seperti Douwes Dekker, mari kita jadikan ilmu pengetahuan dan keberanian moral sebagai senjata utama dalam membangun masa depan Indonesia yang berdaulat dan berkeadilan.

Kesimpulan

Perjalanan hidup Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi) menunjukkan bahwa satu orang dengan pemikiran besar dapat menyalakan semangat bagi seluruh bangsa. Ia bukan hanya pejuang kemerdekaan, tetapi juga pelopor nasionalisme yang berpandangan jauh ke depan.

Melalui kiprahnya di bidang politik, pendidikan, dan jurnalistik, Douwes Dekker menanamkan benih kemerdekaan yang akhirnya berbuah pada 17 Agustus 1945.

Mari kita terus mengenang dan meneladani perjuangannya dengan berkontribusi positif bagi negeri ini—mulai dari hal kecil, dari diri sendiri, dan dari sekarang.

Jika Anda terinspirasi oleh kisah Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), sebarkan semangat perjuangan dan nasionalisme ini kepada generasi muda lainnya. Jadilah bagian dari penerus perjuangan bangsa dengan berkarya dan berpikir kritis untuk Indonesia yang lebih baik.

Tags:
Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi)Pahlawan Profil Tokoh

puji

Reporter

puji

Editor