Sumsel.co - Korban jiwa akibat kebakaran sumur minyak ilegal di Desa Kaliberau, Kecamatan Bayung Lencir, terus bertambah. Hingga Jumat (12/9/2025), jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai lima orang.
Korban terbaru diketahui bernama Prabowo Muldan, warga Desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin. Ia ditemukan tewas di sebuah kolam dekat lokasi kebakaran dengan kondisi tubuh hangus terbakar.
Empat korban lainnya juga tidak dapat diselamatkan meski sempat dirawat di RSUD Bayung Lencir. Mereka adalah Romzi dan Nanda, warga Desa Beruge Kecamatan Babat Toman, yang meninggal Kamis (11/9/2025), serta Roy Sapta Nugraha dan Putra yang meninggal sehari kemudian pada Jumat sekitar pukul 14.45 WIB.
"Keempatnya sempat dirawat karena kondisi kritis, namun tidak dapat tertolong. Sebelumnya ada lima orang yang dibawa ke RS, kini tersisa satu orang yang masih menjalani perawatan," ujar Humas RSUD Bayung Lencir, Daniel Pharsy, Sabtu (13/9/2025).
Kapolsek Bayung Lencir, IPTU M Wahyudi, juga membenarkan adanya korban yang ditemukan di lokasi kejadian setelah dilakukan penyisiran. "Ada korban yang ditemukan di lokasi setelah petugas melakukan penyisiran TKP. Jenazahnya langsung dievakusi ke RSUD Bayung Lencir," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa penyidikan masih berlangsung untuk mencari penyebab kebakaran dan menelusuri dugaan praktik pengeboran ilegal yang merenggut korban jiwa. "Saat ini penyidik Polsek Bayung Lencir fokus untuk berupaya mempercepat proses penanganan perkara ini, mudah-mudahan segera terungkap," jelasnya.
Peristiwa kebakaran itu terjadi pada Selasa (9/9/2025) sore, ditandai dengan ledakan keras yang diikuti kobaran api dari sumur minyak tradisional di Desa Kaliberau. Kepulan asap hitam membuat warga sekitar panik dan berhamburan menyelamatkan diri.
Tragedi ini menambah panjang daftar insiden serupa di Musi Banyuasin, wilayah yang dikenal marak dengan aktivitas illegal drilling. Praktik pengeboran minyak ilegal tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berulang kali memakan korban jiwa meski sudah sering diperingatkan oleh aparat dan pemerintah.