Sumsel.co — Di tengah kekhawatiran nasional terkait potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor perhotelan, Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, meyakini bahwa Sumsel masih dalam kondisi aman dan terkendali.
Pernyataan ini disampaikan Gubernur Deru pada Rabu (4/6/2025), merespons berbagai pemberitaan yang menyebut adanya tekanan di industri perhotelan di sejumlah wilayah Indonesia.
“Saya membaca di berbagai media bahwa beberapa daerah mulai merasakan dampak dari penurunan aktivitas perhotelan. Tapi di Sumsel, sejauh ini belum terlihat ada gejala yang mengkhawatirkan. Mudah-mudahan tetap seperti ini,” ujarnya.
Gubernur mengaku terus mengikuti perkembangan dunia perhotelan di wilayahnya dan menyadari adanya pergeseran pola kegiatan, terutama setelah adanya kebijakan efisiensi anggaran di instansi pemerintahan. Namun, ia tetap menilai situasi secara umum masih stabil.
“Memang ada pergeseran pola kegiatan, termasuk dari pemerintah daerah. Tapi secara umum saya rasa Sumsel masih bisa menjaga kestabilan sektor ini,” tambah Deru.
Meskipun demikian, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menunjukkan adanya tanda-tanda perlambatan. Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, menyebut bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) pada April 2025 berada di angka 47,73 persen — turun 4,48 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kalau dilihat dari rata-rata lama menginap, baik di hotel berbintang maupun non-bintang, memang cenderung rendah. Ini bisa menjadi indikator penurunan aktivitas wisata dan bisnis,” ujar Wahyu.
Di sisi lain, pelaku industri perhotelan di Palembang mulai merasakan dampaknya. Mopriantika, Director of Sales di Aryaduta Palembang, menyebut penurunan permintaan dari sektor pemerintahan menjadi penyebab utama turunnya okupansi hotel sejak akhir 2024.
“Sejak Desember 2024, mulai terasa berkurangnya permintaan untuk perjalanan dinas dan penyelenggaraan even. Saat ini kami masih bisa bertahan berkat even sosial dari organisasi atau asosiasi,” jelasnya.
Untuk tetap bertahan, pihaknya melakukan berbagai strategi efisiensi operasional dan promosi demi menarik tamu. Penyesuaian juga mulai dilakukan dalam hal sumber daya manusia.
“Untuk staf tetap belum ada pengurangan. Tapi untuk tenaga harian yang biasanya kami gunakan saat ada even besar, jumlahnya mulai kami kurangi karena kegiatan pemerintah jauh berkurang,” ungkap Mopriantika.