Salah satu teman juga menyebut bahwa Lidia kembali ke Prabumulih bukan hanya untuk menemani sang anak, tetapi juga untuk mengurus proses perceraian secara hukum dan membawa anaknya ikut merantau. Namun rencana itu terhenti secara tragis.
Saat diperiksa, Sandra bahkan tidak menunjukkan penyesalan. Ia mengakui bahwa dirinya telah lama mengonsumsi sabu-sabu, bahkan sejak sebelum menikah. Meski sempat mengurangi penggunaan narkoba setelah berkeluarga, namun konflik terus terjadi dalam rumah tangga mereka.
"Sudah lama saya pakai sabu-sabu Pak, malahan sejak kami belum nikah dan semua keluarga tahu. Tapi saat berkeluarga saya kurangi konsumsi narkoba," ujarnya.
Tragedi berdarah ini juga didahului dengan momen keluarga kecil itu ke pasar malam di kawasan Taman Prabujaya. Menurut pengakuan Sandra, ia hanya ingin membahagiakan sang anak yang akan merayakan ulang tahun dan disunat.
"Kami ke pasar malam itu tujuannya untuk menyenangkan anak," katanya.
Namun di balik niat tersebut, tersimpan emosi tak terkendali yang akhirnya meledak dan menewaskan Lidia. Parang yang biasa dipakai untuk memanen sawit menjadi senjata yang digunakan Sandra untuk mengakhiri hidup istrinya secara kejam, serta melukai adik tirinya yang masih di bawah umur.