Bahasa dan Sastra Melayu Palembang: Sejarah, Struktur, dan Kekayaan Budaya

Kamis 25 Sep 2025, 23:46 WIB
Jembatan Ampera Kota Palembang (Sumber: pinterest.com | Foto: Traveloka (dot) Com)

Jembatan Ampera Kota Palembang (Sumber: pinterest.com | Foto: Traveloka (dot) Com)

Sumsel.co - Bahasa dan sastra Melayu Palembang merupakan salah satu warisan budaya yang penting bagi masyarakat Sumatera Selatan. Tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa ini juga menjadi identitas, jembatan sejarah, serta wadah penyampaian nilai-nilai kehidupan melalui karya sastra. Keunikan Bahasa dan sastra Melayu Palembang terletak pada perpaduan sejarah, struktur bahasa, dan ekspresi sastra yang merefleksikan kearifan lokal. Artikel ini akan membahas Sejarah Bahasa dan sastra Melayu Palembang, ciri khas, hingga Struktur Bahasa dan sastra Melayu Palembang secara mendalam.

Sejarah Bahasa dan Sastra Melayu Palembang

Pengaruh Melayu Kuno

Sejarah Bahasa dan sastra Melayu Palembang berakar dari bahasa Melayu Kuno yang telah digunakan sejak era Sriwijaya pada abad ke-7. Sebagai pusat kerajaan maritim, Palembang menjadi tempat penyebaran bahasa Melayu yang digunakan dalam perdagangan, pendidikan agama, dan pemerintahan.

Perkembangan di Masa Kesultanan Palembang

Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, bahasa Melayu berkembang lebih pesat. Pengaruh bahasa Arab masuk melalui ajaran Islam, memperkaya kosa kata dalam bidang keagamaan, hukum, hingga sastra. Banyak karya tulis berupa kitab keagamaan, hikayat, serta syair yang ditulis dengan aksara Arab-Melayu (Jawi).

Era Modern

Kini, bahasa Melayu Palembang tetap hidup dalam keseharian masyarakat, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam bentuk karya sastra modern seperti puisi, cerpen, hingga lagu daerah. Walau dipengaruhi bahasa Indonesia, identitasnya tetap kuat melalui dialek khas yang berbeda dari daerah Melayu lain.

Struktur Bahasa dan Sastra Melayu Palembang

Ciri Linguistik

Struktur Bahasa dan sastra Melayu Palembang memiliki keunikan tersendiri. Dari segi fonologi, bahasa ini sering mengganti bunyi vokal atau konsonan. Contohnya, kata "apa" dalam bahasa Indonesia menjadi "apo" dalam dialek Palembang.

Tata Bahasa

  • Pronomina (kata ganti): "kau" menjadi "ngkau", "kamu" menjadi "dikau".
  • Partikel: penggunaan partikel seperti “kak” atau “ke” yang memberi nuansa khas.
  • Sistem sapaan: lebih variatif, misalnya "kakak" bisa disingkat menjadi "kak" dengan intonasi tertentu.

Karya Sastra

Bahasa Melayu Palembang melahirkan banyak karya sastra klasik, seperti hikayat, pantun, dan syair. Pantun Melayu Palembang bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pendidikan moral, nasihat, hingga diplomasi sosial. Di era modern, sastra ini berkembang dalam bentuk puisi kontemporer, drama, hingga lagu daerah Palembang yang sarat makna.

Peran Bahasa dan Sastra Melayu Palembang dalam Budaya

Identitas dan Kebanggaan

Bahasa dan sastra Melayu Palembang menjadi simbol identitas masyarakatnya. Dialek dan karya sastra lokal memperkuat rasa kebanggaan terhadap warisan nenek moyang.

Media Pendidikan

Karya sastra tradisional sering dijadikan sarana untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan, seperti sopan santun, kejujuran, dan religiusitas.

Perekat Sosial

Bahasa daerah ini juga berfungsi sebagai perekat antar-generasi. Dengan tetap melestarikan bahasa dan sastra, hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan dapat terjaga.

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Di tengah arus globalisasi, bahasa daerah sering terpinggirkan. Generasi muda lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing. Namun, berbagai komunitas budaya di Palembang terus berupaya melestarikan bahasa dan sastra Melayu melalui festival, penerbitan buku, hingga media digital.

Pelestarian ini penting agar warisan berharga tersebut tidak hilang dan tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Kesimpulan

Bahasa dan sastra Melayu Palembang adalah warisan budaya yang kaya sejarah, unik dalam struktur, serta penuh makna dalam karya sastranya. Dari masa Sriwijaya hingga era modern, bahasa ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga penanda identitas, perekat sosial, dan cermin peradaban.

Melestarikan Bahasa dan sastra Melayu Palembang berarti menjaga jati diri bangsa sekaligus memperkaya khazanah budaya Nusantara.

Sudah saatnya kita semua, khususnya generasi muda, turut menjaga dan melestarikan bahasa serta sastra Melayu Palembang. Mulailah dengan mempelajari kosakata sehari-hari, membaca karya sastra lokal, atau menghadiri kegiatan budaya. Dengan begitu, warisan ini akan terus hidup dan menjadi kebanggaan bagi Indonesia.

Reporter
puji
Editor

Berita Terkait

News Update