Prasasti Kedukan Bukit: Jejak Awal Sejarah Sriwijaya

Rabu 01 Okt 2025, 11:47 WIB
Prasasti Kedukan Bukit: Jejak Awal Sejarah Sriwijaya (Sumber: Wikipedia.org | Foto: Gunawan Kartapranata)

Prasasti Kedukan Bukit: Jejak Awal Sejarah Sriwijaya (Sumber: Wikipedia.org | Foto: Gunawan Kartapranata)

Sumsel.co - Prasasti Kedukan Bukit adalah salah satu peninggalan bersejarah penting dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Tatang, sekitar Palembang, Sumatera Selatan, dan ditulis pada tahun 682 Masehi. Teks pada prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno, yang merekam peristiwa penting tentang perjalanan suci serta ekspedisi militer yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

Mengenal prasasti Kedukan Bukit berarti mengenal awal mula catatan sejarah tertulis di Nusantara. Peninggalan ini tidak hanya berupa batu bertulis, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan tentang kehidupan politik, sosial, dan budaya masyarakat Sriwijaya pada masa itu.

Sejarah Prasasti Kedukan Bukit

Awal Penemuan

Prasasti Kedukan Bukit pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda pada akhir abad ke-19. Lokasi penemuannya berada di tepian Sungai Tatang, yang merupakan anak Sungai Musi. Sungai ini dulunya menjadi jalur perdagangan dan transportasi penting.

Isi Teks Prasasti

Dalam prasasti disebutkan tentang perjalanan seorang tokoh bernama Dapunta Hyang, yang melakukan siddhayatra (perjalanan suci). Dengan membawa pasukan sekitar 20.000 orang, ia melakukan ekspedisi dan berhasil menaklukkan wilayah baru. Perjalanan ini kemudian ditafsirkan sebagai awal berdirinya Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.

Nilai Historis

Sejarah prasasti Kedukan Bukit tidak hanya mencatat ekspedisi militer, tetapi juga mengungkapkan kepercayaan spiritual masyarakat kala itu. Perjalanan suci Dapunta Hyang menunjukkan bahwa aspek keagamaan erat kaitannya dengan legitimasi kekuasaan.

Makna Penting Prasasti Kedukan Bukit

  1. Bukti Awal Sriwijaya
    Prasasti ini menjadi salah satu bukti otentik berdirinya Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
  2. Sumber Sejarah Tertulis
    Sebagai peninggalan beraksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno, prasasti ini menjadi rujukan utama dalam penelitian sejarah Indonesia kuno.
  3. Identitas Budaya Nusantara
    Keberadaan prasasti ini menunjukkan bahwa masyarakat Sumatera sudah memiliki sistem politik dan budaya maju, jauh sebelum datangnya pengaruh asing.

Prasasti Kedukan Bukit dan Kejayaan Sriwijaya

Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan internasional di Selat Malaka. Peran prasasti Kedukan Bukit dalam membuktikan legitimasi kekuasaan Dapunta Hyang menjadi fondasi penting bagi perkembangan kerajaan ini. Dengan wilayah kekuasaan yang luas, Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha sekaligus simpul perdagangan yang strategis di Asia Tenggara.

Pelajaran dari Sejarah Prasasti Kedukan Bukit

Dari prasasti Kedukan Bukit, kita belajar bahwa sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi juga cermin peradaban. Sriwijaya menunjukkan bagaimana kekuatan spiritual, politik, dan ekonomi dapat berpadu dalam membangun kejayaan.

Bagi generasi muda, memahami sejarah prasasti Kedukan Bukit bisa menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap warisan budaya Nusantara. Warisan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat.

Kesimpulan

Mengenal prasasti Kedukan Bukit adalah mengenal jejak awal berdirinya Sriwijaya, salah satu kerajaan besar yang membawa Nusantara ke puncak kejayaan maritim. Sejarah prasasti Kedukan Bukit bukan hanya sekadar teks di atas batu, melainkan juga bukti nyata kebesaran leluhur bangsa.

Mari kita lestarikan warisan sejarah ini, bukan hanya sebagai peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Apakah Anda tertarik mempelajari lebih banyak tentang peninggalan sejarah Nusantara? Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi museum atau situs bersejarah di Sumatera Selatan. Mari bersama-sama menjaga dan merawat warisan budaya bangsa agar tetap lestari untuk generasi mendatang.

Reporter
puji
Editor

Berita Terkait

News Update