Asal Usul Nama Daerah Muara Dua OKU Selatan: Sejarah dan Budaya yang Menarik untuk Dikenal

Jumat 10 Okt 2025, 14:38 WIB
Asal Usul Nama Daerah Muara Dua OKU Selatan: Sejarah dan Budaya yang Menarik untuk Dikenal (Foto: okuselatan.disway.id)

Asal Usul Nama Daerah Muara Dua OKU Selatan: Sejarah dan Budaya yang Menarik untuk Dikenal (Foto: okuselatan.disway.id)

Sumsel.co - Setiap nama daerah memiliki kisah unik yang merekam sejarah dan identitas masyarakatnya. Begitu pula dengan asal usul nama daerah Muara Dua OKU Selatan, yang menyimpan makna filosofis serta nilai budaya yang kuat. Muara Dua bukan sekadar nama, tetapi simbol pertemuan dua aliran sungai dan dua kebudayaan yang melahirkan peradaban masyarakat yang harmonis di Sumatera Selatan.

Terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Muara Dua kini menjadi pusat pemerintahan kabupaten yang terus berkembang pesat. Namun di balik modernitasnya, tersimpan sejarah panjang dan budaya yang masih dijaga dengan baik oleh penduduknya.

Asal Usul Nama Daerah Muara Dua OKU Selatan

Nama Muara Dua memiliki arti harfiah yang cukup jelas, yaitu “pertemuan dua muara.” Berdasarkan cerita masyarakat setempat, nama ini muncul karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua aliran sungai besar, yaitu Sungai Saka dan Sungai Selabung. Pertemuan dua sungai ini menciptakan sebuah muara yang besar dan menjadi pusat aktivitas warga sejak masa lampau.

Dahulu, wilayah ini dikenal sebagai tempat persinggahan para pedagang yang melintas dari arah pesisir menuju pedalaman Sumatera. Karena letaknya yang strategis dan memiliki dua muara utama, masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “Muara yang Dua”, yang kemudian disingkat menjadi Muara Dua.

Seiring berjalannya waktu, nama ini semakin dikenal luas dan akhirnya ditetapkan sebagai nama kecamatan sekaligus ibu kota Kabupaten OKU Selatan setelah pemekaran dari Kabupaten OKU Induk pada tahun 2004.

Sejarah Muara Dua: Dari Perkampungan Kecil Menjadi Pusat Kabupaten

1. Masa Awal Pembentukan

Pada masa dahulu, Muara Dua hanyalah sebuah perkampungan kecil yang dikelilingi hutan lebat dan sungai yang subur. Penduduknya hidup dari hasil pertanian, berburu, dan menangkap ikan. Hubungan sosial masyarakat berjalan dengan prinsip gotong royong dan saling menghormati.

Ketika jalur perdagangan antar daerah mulai terbuka, lokasi Muara Dua menjadi penting karena berada di titik strategis pertemuan sungai yang menghubungkan berbagai wilayah di Sumatera Selatan. Para pedagang dari Komering, Lampung, dan daerah pedalaman lainnya sering singgah di sini.

2. Masa Kolonial dan Perkembangan Wilayah

Pada masa penjajahan Belanda, Muara Dua menjadi salah satu daerah yang diperhatikan karena potensi sumber daya alamnya. Perkebunan dan lahan pertanian dikembangkan, dan infrastruktur dasar mulai dibangun. Meskipun mengalami tekanan kolonial, masyarakat tetap menjaga adat dan identitas budayanya.

3. Pembentukan Kabupaten OKU Selatan

Setelah Indonesia merdeka, Muara Dua terus berkembang hingga akhirnya ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan pada tahun 2004 melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003. Sejak itu, wilayah ini tumbuh pesat sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya di OKU Selatan.

Budaya OKU Selatan: Warisan yang Tak Lekang oleh Waktu

1. Bahasa dan Tradisi Lokal

Masyarakat Muara Dua dan sekitarnya menggunakan bahasa Komering dan bahasa Ogan sebagai bahasa sehari-hari. Setiap suku memiliki adat dan tradisi yang unik, seperti upacara adat pernikahan, kesenian tari tradisional, dan musik gambus yang sering dimainkan pada acara masyarakat.

2. Kearifan Lokal dan Nilai Gotong Royong

Budaya OKU Selatan sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan gotong royong. Hal ini tampak jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Muara Dua, terutama ketika mereka bergotong royong membangun rumah, mengadakan acara adat, atau membantu sesama dalam kesulitan.

3. Warisan Kuliner dan Kesenian

Reporter
puji
Editor

Berita Terkait

News Update