Sumsel.co - Baju adat Sumatera Selatan bukan hanya sekadar pakaian tradisional, tetapi juga simbol identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap helai kain, warna, hingga aksesoris yang digunakan memiliki makna mendalam, mencerminkan kebesaran, keanggunan, serta kearifan lokal masyarakat Palembang dan sekitarnya.
Sebagai provinsi dengan sejarah panjang Kerajaan Sriwijaya, baju adat Sumatera Selatan hadir sebagai bentuk kebanggaan yang menunjukkan kejayaan masa lalu. Hingga kini, pakaian tradisional ini kerap digunakan dalam acara pernikahan, penyambutan tamu kehormatan, maupun festival budaya.
Sejarah Baju Adat Sumatera Selatan
Sejarah baju adat Sumatera Selatan erat kaitannya dengan pengaruh budaya Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam. Pada masa itu, kain songket menjadi simbol status sosial, karena hanya golongan bangsawan dan keluarga kerajaan yang boleh mengenakannya.
Bahan kain songket dibuat dengan teknik tenun tradisional menggunakan benang emas atau perak, sehingga menghasilkan motif indah yang bernilai tinggi. Motif-motif tersebut bukan sekadar hiasan, melainkan juga memiliki filosofi, misalnya motif bunga melambangkan kesuburan, sedangkan motif pucuk rebung menggambarkan pertumbuhan dan harapan.
Seiring perkembangan zaman, baju adat Sumatera Selatan tidak lagi terbatas untuk kalangan bangsawan saja. Kini, pakaian tradisional ini digunakan oleh masyarakat umum dalam berbagai upacara adat maupun perayaan penting, sebagai bentuk pelestarian warisan budaya.
Ragam Baju Adat Sumatera Selatan
1. Aesan Gede
Aesan Gede merupakan salah satu baju adat yang paling megah dan penuh ornamen. Pakaian ini biasanya digunakan dalam acara pernikahan adat Palembang. Ciri khas Aesan Gede adalah penggunaan kain songket berwarna merah atau emas yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
Busana ini dilengkapi dengan berbagai aksesoris, seperti pending (ikat pinggang emas), kalung kebo munggah, gelang, serta mahkota. Semuanya menggambarkan kemewahan serta kebesaran budaya Palembang.
2. Aesan Paksangko
Berbeda dengan Aesan Gede, Aesan Paksangko tampil lebih sederhana namun tetap elegan. Busana ini menggunakan kain songket dengan warna lebih lembut, misalnya hijau, biru, atau cokelat. Kesederhanaan ini mencerminkan nilai keanggunan dan kesopanan masyarakat Palembang.
Aesan Paksangko biasanya digunakan dalam acara yang lebih formal tetapi tidak semegah pernikahan besar. Meski lebih sederhana, keindahan kain songket tetap menjadi daya tarik utama busana ini.
Perbedaan Aesan Gede dan Aesan Paksangko
Banyak orang masih bingung membedakan dua jenis baju adat Sumatera Selatan ini. Berikut perbedaan Aesan Gede dan Aesan Paksangko yang penting diketahui:
- Dari Segi Warna
- Aesan Gede identik dengan warna merah dan emas yang mewah.
- Aesan Paksangko cenderung menggunakan warna lembut dan natural.
- Dari Segi Aksesoris
- Aesan Gede dilengkapi dengan perhiasan emas yang banyak dan megah.
- Aesan Paksangko menggunakan perhiasan yang lebih sedikit dan sederhana.
- Dari Segi Penggunaan
- Aesan Gede dipakai untuk acara besar, seperti pernikahan adat.
- Aesan Paksangko dipakai dalam acara formal yang lebih sederhana.
Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih menghargai keragaman busana tradisional Sumatera Selatan yang memiliki keunikan tersendiri.