Sejarah Bahasa Melayu Palembang: Identitas, Ciri Khas, dan Perkembangannya

Selasa 23 Sep 2025, 16:36 WIB
Sejarah Bahasa Melayu Palembang: Identitas, Ciri Khas, dan Perkembangannya (Sumber: pinterest.com | Foto: Dreamstime Stock Photos)

Sejarah Bahasa Melayu Palembang: Identitas, Ciri Khas, dan Perkembangannya (Sumber: pinterest.com | Foto: Dreamstime Stock Photos)

Sumsel.co - Bahasa adalah jembatan budaya yang menyatukan masyarakat. Di Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai identitas kultural yang membedakan daerah ini dari wilayah lain di Nusantara. Sejarah Bahasa Melayu Palembang menjadi bukti bahwa bahasa mampu bertahan sekaligus beradaptasi seiring perkembangan zaman.

Sebagai salah satu varian dari rumpun bahasa Melayu, bahasa ini memiliki kekhasan yang lahir dari interaksi sejarah panjang Palembang dengan kerajaan maritim, pedagang asing, serta perkembangan sosial masyarakatnya.

Sejarah Bahasa Melayu Palembang

Akar Sejarah dan Perkembangan

Bahasa Melayu Palembang berakar dari bahasa Melayu Kuno yang sudah digunakan sejak masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. Sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha, Palembang menjadi tempat pertemuan berbagai bangsa seperti India, Arab, Cina, dan Melayu Semenanjung. Dari sinilah bahasa Melayu berkembang menjadi lingua franca atau bahasa pergaulan di wilayah Asia Tenggara.

Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan pada abad ke-13, bahasa Melayu di Palembang semakin berkembang dengan pengaruh aksara Arab Melayu (Jawi). Perubahan ini memperkaya kosakata dan memperluas penggunaannya dalam literasi keagamaan, administrasi, hingga kesusastraan.

Masa Kesultanan Palembang Darussalam

Pada abad ke-17 hingga 19, Kesultanan Palembang Darussalam menjadikan bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan, perdagangan, hingga sastra. Dari sinilah lahir karya sastra klasik berupa hikayat, syair, dan kitab keagamaan yang memperkuat identitas bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa yang berprestise.

Perkembangan Modern

Memasuki era modern, Bahasa Melayu Palembang tetap bertahan di tengah arus globalisasi. Meski Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, dialek dan ragam bahasa Melayu Palembang masih digunakan sehari-hari, terutama dalam keluarga dan lingkungan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas budaya.

Ciri Khas Bahasa Melayu Palembang

Bahasa Melayu Palembang memiliki sejumlah keunikan yang membedakannya dari dialek Melayu lainnya. Berikut beberapa ciri khas yang menonjol:

  1. Penggunaan Partikel "kage" dan "cak"
    Kata kage (kenapa) dan cak (seperti) adalah contoh khas yang hanya ada di dialek Palembang.
  2. Perubahan Fonetik
    Huruf “a” di akhir kata sering berubah menjadi “o”. Misalnya: apaapo, manamano.
  3. Kosakata Unik
    Banyak kata yang tidak ditemukan di daerah lain, seperti galo (semua), dak (tidak), dan besak (besar).
  4. Intonasi Lembut
    Dibandingkan dengan dialek Melayu lainnya, Bahasa Melayu Palembang dikenal memiliki intonasi lebih lembut dan halus, mencerminkan karakter masyarakatnya yang ramah.

Dialek Bahasa Melayu Palembang

Secara garis besar, Dialek Bahasa Melayu Palembang terbagi menjadi dua kategori utama:

1. Dialek Iliran

Dialek ini digunakan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan hilir Sungai Musi. Dialek Iliran dikenal lebih halus, teratur, dan dianggap sebagai bentuk bahasa yang “tinggi”. Biasanya digunakan dalam situasi formal, percakapan resmi, hingga acara adat.

2. Dialek Uluan

Sebaliknya, dialek Uluan digunakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah ulu (hulu) Sungai Musi. Ciri khasnya lebih lugas, kosakatanya lebih kasar dibanding dialek Iliran, dan lebih sering dipakai dalam komunikasi sehari-hari di pedesaan.

Perbedaan dialek ini memperlihatkan kekayaan budaya Palembang. Meski berbeda, keduanya saling melengkapi dan memperkuat identitas bahasa Melayu Palembang secara keseluruhan.

Pentingnya Melestarikan Bahasa Melayu Palembang

Bahasa adalah warisan budaya yang tidak ternilai. Jika generasi muda enggan menggunakan bahasa daerah, maka lambat laun bahasa itu akan tergerus zaman. Melestarikan Sejarah Bahasa Melayu Palembang bukan sekadar menjaga kosakata, tetapi juga menjaga sejarah, identitas, dan jati diri masyarakat Palembang.

Pelestarian bisa dilakukan melalui:

  • Pendidikan muatan lokal di sekolah.
  • Dokumentasi bahasa dalam bentuk buku atau digital.
  • Penggunaan bahasa dalam karya seni, film, dan musik.
  • Festival budaya yang mempromosikan ciri khas bahasa dan sastra daerah.

Kesimpulan

Sejarah Bahasa Melayu Palembang adalah bukti nyata bahwa bahasa dapat bertahan selama berabad-abad dan tetap relevan hingga kini. Dengan Ciri Khas Bahasa Melayu Palembang yang unik dan Dialek Bahasa Melayu Palembang yang kaya, bahasa ini layak dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan Nusantara.

Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga bahasa daerah agar tetap hidup di tengah arus modernisasi. Dengan memahami sejarah dan ciri khasnya, kita tidak hanya menghargai masa lalu, tetapi juga memperkaya masa depan.

Apakah Anda tertarik untuk lebih mengenal bahasa dan budaya Palembang? Mari bersama-sama melestarikan Bahasa Melayu Palembang dengan terus menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, mendukung kegiatan budaya lokal, serta memperkenalkannya ke generasi berikutnya. Karena menjaga bahasa berarti menjaga identitas kita!

Reporter
puji
Editor

Berita Terkait

News Update