Sumsel.co - Ali Sastroamidjojo adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Sebagai politisi, diplomat, dan perdana menteri, Ali Sastroamidjojo dikenal karena kontribusinya dalam memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, terutama melalui Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung. Artikel ini akan mengulas profil tokoh Ali Sastroamidjojo, latar kehidupannya, serta peran besar yang ia mainkan dalam diplomasi dan politik Indonesia modern.
Profil Tokoh Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo lahir pada 21 Mei 1903 di Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Ia merupakan putra dari keluarga bangsawan Jawa yang sangat menghargai pendidikan dan budaya. Sejak muda, Ali dikenal sebagai pribadi yang cerdas, kritis, dan memiliki semangat nasionalisme tinggi. Pendidikan dasarnya ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), lalu melanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS), dan akhirnya menempuh studi hukum di Universitas Leiden, Belanda.
Ketika belajar di Belanda, profil tokoh Ali Sastroamidjojo mulai dikenal dalam kalangan pelajar Indonesia karena ia aktif dalam organisasi pergerakan Perhimpunan Indonesia (PI). Di sana, ia berinteraksi dengan tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Soepomo. Pengalaman tersebut membentuk pandangan nasionalismenya dan memperkuat komitmennya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Latar Kehidupan Ali Sastroamidjojo
Latar kehidupan Ali Sastroamidjojo mencerminkan perjalanan panjang seorang pejuang yang bertransformasi menjadi pemimpin visioner. Setelah kembali ke tanah air, ia bekerja sebagai pengacara dan aktif di bidang politik. Pada masa penjajahan Jepang, Ali menjadi salah satu anggota penting dalam berbagai badan pemerintahan bentukan Jepang yang berperan sebagai jembatan menuju kemerdekaan.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Ali terlibat aktif dalam pembentukan sistem pemerintahan baru. Ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan menunjukkan dedikasi besar dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Berkat kecakapannya, ia dipercaya menduduki berbagai jabatan penting, mulai dari anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, hingga Perdana Menteri Republik Indonesia sebanyak dua kali (1953–1955 dan 1956–1957).
Peran dan Kontribusi Ali Sastroamidjojo dalam Sejarah Indonesia
1. Pemimpin Konferensi Asia-Afrika 1955
Salah satu pencapaian terbesar Ali Sastroamidjojo adalah keberhasilannya menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Sebagai perdana menteri, ia berperan penting dalam mempersatukan negara-negara Asia dan Afrika untuk memperjuangkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan global. Konferensi ini kemudian menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non-Blok, yang memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.
2. Pembentukan Kebijakan Luar Negeri yang Bebas Aktif
Ali Sastroamidjojo dikenal sebagai arsitek utama kebijakan luar negeri Indonesia yang bersifat “bebas dan aktif”. Prinsip ini menjadi dasar diplomasi Indonesia hingga kini, yaitu tidak memihak pada kekuatan manapun namun aktif dalam memperjuangkan perdamaian dunia.
3. Pembenahan Dunia Pendidikan dan Kebudayaan
Sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Ali berperan dalam memperkuat sistem pendidikan nasional yang berlandaskan nilai-nilai kebangsaan dan kepribadian Indonesia. Ia percaya bahwa kemajuan bangsa bergantung pada mutu pendidikan dan pelestarian budaya nasional.
4. Keteguhan dalam Politik Nasional
Sebagai kader Partai Nasional Indonesia (PNI), Ali juga dikenal tegas dalam memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. Ia menentang segala bentuk kolonialisme dan selalu menekankan pentingnya kedaulatan politik serta ekonomi Indonesia.
Warisan dan Penghargaan untuk Ali Sastroamidjojo
Perjuangan dan jasa besar Ali Sastroamidjojo terus dikenang oleh bangsa Indonesia. Ia menjadi simbol diplomat sejati yang mengutamakan dialog, kesetaraan, dan solidaritas antarbangsa. Berkat kontribusinya, nama Ali Sastroamidjojo diabadikan menjadi nama jalan dan institusi pendidikan di beberapa daerah di Indonesia.
Selain itu, warisan pemikirannya dalam bidang politik luar negeri dan pembangunan bangsa masih relevan hingga saat ini. Generasi muda diharapkan dapat meneladani semangatnya dalam membangun negeri dengan pengetahuan, integritas, dan jiwa nasionalisme yang tinggi.

