Brigjen D.I. Panjaitan: Pejuang Tangguh yang Gugur Demi Keutuhan Bangsa

Jumat 24 Okt 2025, 10:10 WIB
Brigjen D.I. Panjaitan (Sumber: Wikipedia.org)

Brigjen D.I. Panjaitan (Sumber: Wikipedia.org)

Sumsel.co - Brigjen D.I. Panjaitan merupakan salah satu Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa bersejarah Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Nama lengkapnya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, seorang prajurit yang dikenal berintegritas tinggi, disiplin, dan memiliki semangat nasionalisme yang kuat.

Lahir di Balige, Tapanuli, Sumatera Utara, pada 9 Juni 1925, D.I. Panjaitan tumbuh dalam keluarga yang taat beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Sejak muda, ia menunjukkan keteguhan hati serta kecintaan terhadap tanah air, yang kemudian membawanya pada jalan panjang pengabdian di dunia militer.

Latar Belakang Brigjen D.I. Panjaitan

Masa Pendidikan dan Awal Karier

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, D.I. Panjaitan melanjutkan studinya di bidang teknik mesin di kota Tarutung. Namun, semangat kemerdekaan yang berkobar di seluruh Nusantara pada masa penjajahan membuatnya tergerak untuk ikut berjuang. Ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), pada awal masa kemerdekaan Indonesia.

Ketegasan dan kecerdasannya membuat karier militernya terus menanjak. Ia dipercaya memegang berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Perwira Perbekalan dan Logistik Angkatan Darat. Jabatan ini menunjukkan keahliannya dalam bidang manajemen militer, terutama dalam mengatur distribusi logistik dan perlengkapan pasukan.

Peran Brigjen D.I. Panjaitan dalam Sejarah Indonesia

Brigjen D.I. Panjaitan dikenal sebagai sosok yang berprinsip dan menjunjung tinggi nilai disiplin. Ia memiliki reputasi sebagai perwira yang tidak mudah berkompromi terhadap penyimpangan, baik dalam bidang moral maupun tugas militer.

Dalam masa jabatannya, ia aktif memperkuat sistem logistik Angkatan Darat, yang sangat penting bagi kestabilan pertahanan negara. Tidak hanya itu, ia juga dikenal sebagai perwira yang rendah hati dan dekat dengan bawahannya. Sikap humanisnya membuat ia disegani, bukan hanya karena pangkatnya, tetapi juga karena ketulusan dan keadilannya.

Tragedi G30S dan Gugurnya Sang Pahlawan

Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S/PKI) melakukan penculikan terhadap beberapa perwira tinggi Angkatan Darat. Brigjen D.I. Panjaitan termasuk dalam daftar korban penculikan. Saat itu, ia sedang berada di rumahnya di daerah Kebayoran Baru, Jakarta.

Ketika pasukan pemberontak datang, Brigjen D.I. Panjaitan memilih untuk tidak melawan dengan kekerasan, melainkan menyerahkan diri dengan tenang. Sebelum dibawa pergi, ia sempat berdoa dan meminta keluarganya untuk tetap tabah — sebuah tindakan yang menunjukkan keteguhan iman dan keberaniannya menghadapi maut.

Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya, bersama dengan para jenderal lainnya yang menjadi korban kebiadaban G30S/PKI. Atas jasa dan pengorbanannya, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Revolusi kepada Brigjen D.I. Panjaitan.

Nilai Kepahlawanan Brigjen D.I. Panjaitan

1. Keberanian dan Keteguhan Iman

Keberanian Brigjen D.I. Panjaitan tidak hanya tampak di medan perang, tetapi juga dalam menghadapi kematian. Ia memilih mempertahankan kehormatan sebagai prajurit sejati daripada tunduk pada pemberontakan.

2. Disiplin dan Integritas

Sebagai perwira logistik, ia dikenal sangat teliti dan jujur. Ia menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan dan selalu mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi.

3. Nasionalisme yang Murni

Reporter
puji
Editor

Berita Terkait

News Update