Sumsel.co - Sumatera Selatan kembali menghadapi ancaman serius kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seiring berlangsungnya musim kemarau. Hingga 14 Juli 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mencatat sebanyak 33 kejadian karhutla di berbagai wilayah, dengan total lahan terdampak mencapai 43,08 hektare.
Kepala Pelaksana BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyahbana, menyampaikan bahwa Kabupaten Ogan Ilir menjadi wilayah dengan jumlah kejadian terbanyak. Dari total kejadian yang dilaporkan, 26 di antaranya terjadi di Ogan Ilir. Kecamatan Indralaya Utara menempati posisi tertinggi dengan 11 kali kejadian, disusul Pemulutan Barat dan Pemulutan masing-masing empat kejadian, Indralaya dan Payaraman masing-masing dua kejadian, serta satu kejadian di Rambang Kuang, Muara Kuang, dan Tanjung Batu.
"Kejadian karhutla juga sudah terjadi di Muba dan PALI masing-masing 2 kejadian. Sedangkan, Kabupaten Lahat, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Kota Prabumulih masing-masing 1 kejadian," katanya.
Iqbal menambahkan bahwa pihaknya terus melakukan langkah mitigasi dan antisipasi guna mengurangi potensi kebakaran, termasuk melakukan pemantauan harian di wilayah-wilayah rawan.
Upaya pembasahan lahan di kawasan gambut melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) juga telah dilakukan selama lima hari terakhir. Namun, mengingat potensi bahaya yang masih tinggi, pihak BPBD kembali mengajukan permintaan untuk memperpanjang durasi pelaksanaan OMC.
Selain itu, apel kesiapsiagaan penanganan karhutla dijadwalkan berlangsung pada akhir Juli 2025, sebagai bentuk koordinasi lintas sektor. Kegiatan tersebut akan melibatkan instansi pemerintah hingga perusahaan swasta pengelola kawasan hutan, termasuk kesiapan personel dan perlengkapan penanganan darurat.
"Apel siaga akan dilakukan sekitar 29 atau 29 Juli nanti. Menko Polkam rencananya akan hadir dalam apel nanti," kata Iqbal.