Sumsel.co - Motif di balik pembunuhan tragis terhadap Turyati (59), pemilik warung kelontong di Jalan Gotong Royong III, Komplek Griya Bersama Boster, Kelurahan Sukodadi, Kecamatan Sukarami, akhirnya terungkap. Polisi telah mengamankan pelaku, seorang remaja berusia 18 tahun.
Pelaku diketahui bernama M Raja Arif Maher, warga Jalan Camat II, Perumahan Asri Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin. Ia berhasil diringkus oleh tim gabungan Satreskrim Polrestabes Palembang dan Unit Reskrim Polsek Sukarami.
Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Harryo Sugihhartono, didampingi Kasat Reskrim AKBP Andrie Setiawan dan Kapolsek Sukarami Kompol Alex Andriyan, menyampaikan kronologi awal pembunuhan ini kepada awak media.
“Tersangka sering mangkal di lokasi dan berstatus pelajar, namun usia sudah 18 tahun. Akibat suatu keinginan untuk mengutang rokok, akhirnya ditolak korban selaku pemilik warung. Karena dia masih pelajar dan tidak bekerja dikhawatirkan tidak sanggup membayar utang tersebut,” jelas Harryo saat konferensi pers di Mapolrestabes Palembang, Selasa (6/5).
Penolakan itulah yang diduga menjadi pemicu awal. Namun, menurut pengakuan tersangka, ada pula ucapan dari korban yang dianggap menghina dan memicu emosi hingga membuatnya gelap mata.
“Kemudian ada perkataan yang berdasarkan keterangan tersangka katanya menyakitkan. Ini alibi dari tersangka namun kita akan buktikan motif yang ada. Pada akhirnya iya memberanikan diri untuk melakukan perbuatan kriminal tersebut,” tegas Harryo.
Kejadian berlangsung cepat dan sadis. Ketika korban masuk ke dalam rumah menuju kamar mandi, tersangka membuntuti dari belakang.
“Korban masuk menuju kamar mandi, tanpa diketahui korban tersangka mengikuti dari belakang. Mendekati kamar mandi, korban dipiting di bagian leher, korban tidak bisa bernafas hingga terkulai lemas. Tersangka menyeret korban menuju kamar dan tersangka mengambil pisau dan menghujamkan delapan titik di leher belakang dan korban meninggal dunia,” ungkap Harryo merinci aksi brutal tersangka.
Di hadapan polisi, M Raja mengakui seluruh perbuatannya dan menyatakan penyesalannya atas tindakannya yang telah merenggut nyawa seorang ibu yang dikenal warga sekitar sebagai pedagang warung yang ramah.
“Saya menyesal Pak. Sakit hati karena dikatain miskin. Saya sangat emosi mendengar hinaan dia, sehingga menghilangkan akal sehat,” ucapnya lirih.